Jakarta, 14/8/2017 - Film dokumenter adalah sebuah medium bertutur yang berpotensi besar dalam edukasi publik dan budaya berpikir kritis. Tetapi, selain daripada itu, yang selama ini belum sepenuhnya tergali adalah potensi film dokumenter sebagai penggerak ekonomi kreatif, karena juga merupakan bagian dari industri yang menghasilkan pendapatan bagi para pembuat dan mereka yang terlibat dalam proses produksi dan distribusinya. Sebagai pengemban misi pemerintah mendukung ekonomi kreatif, terutama dalam riset, pendidikan sumber daya, dan akses terhadap pendanaan serta kerja sama antar lembaga dan kawasan, Bekraf mencetuskan Docs By the Sea, sebuah forum internasional yang bertujuan menghubungkan film-film dokumenter Indonesia dengan industri internasional yang infrastrukturnya jauh lebih terbangun. Forum ini bertujuan agar film dokumenter Indonesia mendapatkan bimbingan dari mentor internasional yang berpengalaman, pendanaan dan distribusi internasional. Docs By the Sea diselenggarakan tanggal 29 – 30 Agustus 2017 di Bali, dengan diawali oleh program workshop dari tanggal 23 – 27 Agustus 2017.
Perspektif
Asia Tenggara
Docs By the Sea akan berfokus pada film-film dokumenter dan talenta dokumenter dari Asia Tenggara, karena film-film dari kawasan ini masih kurang terdengar di dunia internasional, dibandingkan India, China, dan Eropa, yang masing-masing memiliki penonton internasional dan jaringan dunia yang cukup terbangun. Dengan menggandeng negara-negara Asia Tenggara lainnya, posisi Indonesia sebagai tuan rumah Docs By the Sea semakin menarik dan dihargai, karena forum ini merupakan forum dokumenter internasional yang pertama dan satu-satunya yang berfokus pada pendanaan dan distribusi film-film dokumenter Asia Tenggara.
India punya Docedge Kolkata
dan China punya CCDF (CNEX China Documentary Forum), demikian juga Jepang
dengan Tokyo Docs dan Korea dengan Incheon Docsport. Kini, Asia Tenggara punya
Docs By the Sea, dengan tuan rumah Indonesia. Tanpa forum seperti ini,
film-film dokumenter Asia Tenggara yang mencari tempat di panggung industri
internasional harus mendaftar ke forum-forum internasional lainnya dan bersaing
dengan dokumenter-dokumenter dari seluruh kawasan, dengan prioritas industri
dokumenter tuan rumah masing-masing forum. Dengan forum ini,
dokumenter-dokumenter Asia Tenggara, khususnya Indonesia menjadi fokus, dan
mendapat porsi lebih banyak dalam seleksi. Dari 30 proyek yang terpilih untuk pitching, 10 berasal dari Indonesia, 15
dari negara-negara lain di Asia Tenggara, dan lima internasional.
Angle Asia Tenggara ini
dipilih karena lebih menjadikan forum ini lebih menarik dari segi marketing karena
belum ada yang mengambil angle ini. Selain it, Asia Tenggara menyajikan sesuatu
yang lebih beragam daripada hanya berfokus pada film dokumenter Indonesia saja.
Strategi yang sama juga dipakai di Tokyo Docs, Docedge Kolkata dan DocsPort
Incheon, yang mempromosikan diri sebagai market
dari dokumenter Asia, tidak hanya dokumenter negara tuan rumah.
Acara ini merupakan milestone perhatian pemerintah terhadap perkembangan film dokumenter Indonesia, dan milestone kesempatan baru bagi para pembuat film dokumenter Asia Tenggara untuk bertemu dengan pemeran kunci di industri dokumenter internasional.
Pitching Forum dan Akses Pendanaan
Docs By The Sea merupakan
forum yang mempertemukan potensi filmmaker
dokumenter kawasan Asia Tenggara dengan lembaga-lembaga pendanaan internasional,
jaringan televisi internasional, platform digital, dan festival film
internasional. Lebih dari 30 pengambil keputusan dari lembaga-lembaga
internasional kunci dari 16 negara akan hadir di Docs By the Sea. Mereka akan
menyimak dan mengadakan dialog dengan 30 filmmaker
dari 13 negara yang akan mempresentasikan proyeknya. Para pengambil keputusan
ini berpotensi memberikan pendanaan, mentorship,
distribusi, dan memperluas jaringan sineas yang ikut serta.
Pitching
forum merupakan panggung pertama di dunia industri
internasional bagi film dokumenter sebelum film ini siap tayang. Tujuannya
untuk mendapatkan kerja sama dan komitmen dari berbagai pihak di industri untuk
mendukung terciptanya film, dan untuk mendapatkan masukan atau sinyal dari
pasar terhadap film yang sedang digarap. Festival-festival dunia seperti Berlin
dan Cannes punya ajang market untuk
bertemunya para pelaku industri dan negosiasi, demikian juga festival-festival
film dokumenter internasional.
30 proyek dokumenter yang terpilih untuk ikut pitching telah tersaring dari 120 proposal yang masuk dari seluruh dunia.
Persiapan
Untuk mempersiapkan para
sineas Indonesia dan Asia Tenggara yang belum terbiasa dengan pitching forum dan dengan cara mengemas
proyek dokumenternya supaya lebih menarik terhadap market, Docs By the Sea mengadakan berbagai program pendidikan yang
juga disponsori oleh Bekraf. Traveling Class telah diadakan di dua kota, Palu
dan Aceh di bulan Mei 2017 untuk memperkenalkan bagaimana mengembangkan cerita
dan mengemasnya untuk dipresentasikan di
pitching forum. Selain itu, 25 proyek
dokumenter dari Indonesia dan Asia Tenggara juga selama lima hari mendapatkan workshop khusus dalam bidang editing dan
pengembangan cerita dari 12 mentor internasional yang merupakan pakar-pakar
dokumenter dunia.
Kerja
sama Pemerintah, Publik, Swasta dan dukungan internasional
Docs By the Sea merupakan kerja sama Bekraf dengan In-Docs, sebuah organisasi nirlaba yang misinya adalah memperluas dampak dari film dokumenter Indonesia. In-Docs didirikan di tahun 2002 dan telah mengadakan pelatihan dokumenter di lebih dari 12 kota di Indonesia serta pemutaran film dokumenter di lebih dari 30 kota di Indonesia. “In-Docs amat menyambut baik inisiatif Bekraf untuk menyelenggarakan Docs By the Sea, sehingga membuka akses akan pendanaan bagi film dokumenter Indonesia, serta menghubungkan film-film dokumenter Indonesia dengan para pelaku industri internasional. Inisiatif ini amat terpuji karena selama ini bidang dokumenter seolah berjalan sendiri, tanpa infrastruktur pendukung seperti pendanaan maupun distribusi yang dapat diakses. Docs By the Sea membuka peluang ini, sehingga film-film dokumenter dari Asia Tenggara lebih punya suara dan tempat di industri internasional,” kata Amelia Hapsari, Direktur Program In-Docs. “Ketika Pemerintah membangun jalan utama dengan Docs By the Sea, In-Docs dengan senang hati mengundang para mitra nasional dan internasional In-Docs yang merupakan top decision-makers di industri dokumenter internasional untuk datang dan menjadi calon mitra bagi sineas di Indonesia dan Asia Tenggara.”
Mitra internasional yang amat mendukung kegiatan ini adalah Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia yang telah mensponsori kedatangan beberapa tamu penting, seperti Amy Hobby, Executive Director Tribeca Film Institute, Mridu Chandra, Director If/Then Short Film Program, Tribeca Film Institute, Hussain Currimbhoy, Programmer from Sundance International Film Festival, Daniel Moretti, Senior Outreach and Engagement Program, ITVS (lembaga pendanaan film dokumenter independent Amerika Serikat), dan Apoorva Bakshi, distributor handal berbasis di L.A. yang berada di belakang kesuksesan distribusi film-film independen India.
Selain kehadiran mereka di
Docs By the Sea, Kedutaan Besar Amerika Serikat juga memastikan agar para pakar
dokumenter mereka dapat berbagi dengan penonton dan pembuat film Indonesia yang
tidak hadir di Bali. Daniel Moretti memberikan master class di Palu tentang
Impact Producing bulan Mei 2017. Hussain Currimbhoy mengadakan pemutaran film
pemenang Sundance and diskusi bersama para penonton di Jakarta tanggal 26
Agustus 2017 di @Amerika, Jakarta dan tanggal 28 Agustus 2017 di Lembaga
Indonesia Prancis dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Master class tentang
Impact Producing and Distribution yang akan dibawakan oleh Amy Hobby di Bali,
tanggal 26 Agustus 2017 juga dibuka untuk publik. Penayangan dokumenter
pemenang Sundance Grand Jury Prize di @Amerika akan dilakukan tanggal 26
Agustus 2017, dimulai pukul 16:00 dan dilanjutkan dengan sesi networking antara
para pembuat film Indonesia dengan Hussain Currimbhoy dari Sundance.
Selain pemerintah Amerika,
Goethe-Institut Indonesia juga mensponsori kehadiran seorang editor peraih
banyak penghargaan dari Jerman, Anne Fabini, yang selama lima hari penuh akan
membimbing para filmmaker terpilih dalam mengedit rough-cut.
Kedatangan pakar editing
dari Belanda, Menno Boerema juga disponsori oleh Lembaga Budaya Belanda,
Erasmus Huis, yang amat antusias dalam menghubungkan industri film dokumenter
Belanda dengan Indonesia. Selain Menno Boerema, pada Docs By the Sea, Belanda
diwakili oleh Isabel Arrate, Direktur lembaga pendanaan IDFA Bertha Fund,
Laetitia Schoofs dari televisi publik KRO, dan seorang produser film kenamaan
Peter van Huistee yang proyeknya terpilih untuk pitching.
Ford Foundation Indonesia melalui In-Docs juga memberikan dukungan dengan mensponsori tiket 10 tamu internasional yang merupakan pembuat keputusan penting di dunia dokumenter.
Keunikan
Budaya dan Kasus HAM
Dari sepuluh film dokumenter
Indonesia yang terpilih untuk dipresentasikan di Docs By the Sea, tema menonjol
adalah keunikan budaya Indonesia dan pelanggaran hak asasi manusia.
Boarding School mengangkat kisah
anak-anak pesantren yang dididik oleh seorang imam wanita yang menerapkan
prinsip demokrasi dan keberagaman dalam pesantrennya. The Apocalypse memotret
tokoh Bissu yang merupakan imam transgender yang dihormati warga Bugis. The
Ghost Visitant mendekatkan penonton dengan budaya Tionghoa di Kalimantan,
sementara A Spear that Tears the Sky menelaah budaya Sumba, dan The Journey
mengikuti perjalanan anak-anak muda pemain angklung yang bermimpi pentas di
Eropa. Life and Love in the Downfall mengangkat kisah keluarga Sumbawa di mana
sang ayah beristri dua belas, sedangkan A Brave Man Story menawarkan kisah
seorang penagih hutang.
When People Dare to Ask
mengangkat kisah penyair Wiji Thukul yang sampai saat ini masih hilang. You and
I menyajikan kisah penyintas 1965 sedangkan The Last Survivor membahas pembantaian
terhadap etnis Tionghoa pada masa revolusi fisik pasca kemerdekaan RI.
Docs By the Sea tidak menentukan tema khusus, tetapi sepertinya para pembuat film dokumenter Indonesia sudah sadar untuk tidak lagi sekedar menjual kemiskinan dan keterpurukan, tetapi menggali realitas dan menumbuhkan kesadaran baru dari cerita-cerita yang diangkatnya.
***
Siaran Pers Bekraf Nomor: 192/SP/BHKP/BEKRAF/VIII/2017
Tentang Bekraf
Badan Ekonomi Kreatif
(Bekraf) adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang bertanggung jawab di bidang
ekonomi kreatif. Saat ini, Kepala Bekraf dijabat oleh Triawan Munaf.
Bekraf mempunyai tugas
membantu Presiden RI dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan
sinkronisasi kebijakan ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer,
arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion,
film animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan,
periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi dan radio.
Kontak Media:
Mariaman Purba Kepala Biro Hukum
dan Komunikasi Publik Badan Ekonomi
Kreatif Indonesia T: +62 813 1750
6456 Email:
mariaman.purba@bekraf.go.id Website:
http://www.bekraf.go.id/ Twitter:
@BekrafID |
Contact
Person:
Varadila
Program
Manager – Docs By the Sea
+62
816 7777 42
Tentang In-Docs
Sejak
tahun 2002, fokus In-Docs adalah menemukan dan membina talenta di bidang film
dokumenter, serta membangun penonton film dokumenter di Indonesia. In-Docs
telah mengadakan pelatihan dokumenter di lebih dari 12 kota, dan mengadakan
pemutaran film di lebih dari 30 kota di Indonesia, bersama komunitaskomunitas
film lokal yang menjadi tulang punggung distribusi dokumenter sampai sekarang.
Sejak tahun 2015, In-Docs menambah fokus dalam pembangunan infrastruktur
dokumenter. Melalui program Dare to Dream Asia, In-Docs telah menghubungkan 31
proyek dokumenter dengan lebih dari 70 ahli dan pelaku industri internasional,
termasuk lembaga pendonor dan broadcaster dari seluruh dunia. In-Docs telah
aktif menghadiri dan berpartisipasi di berbagai pitching forum dunia, seperti
Docedge Kolkata di India, Asian Side of the Doc (Bangkok, Xiamen, Kuala
Lumpur), TokyoDocs, IDFA Forum di Belanda, dan Sheffield Doc Fest di Inggris.
Melalui partisipasi di banyak pitching forum tersebut, In-Docs mendapat kontak
dan hubungan erat dengan berbagai partner potensial bagi Docs By The Sea.
In-Docs juga telah merancang berbagai workshop dan event dokumenter tingkat
internasional, seperti Dare to Dream Asia, dan Good Pitch2 Southeast Asia.