Jakarta, 5/6/2018 – Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan Perfilman Indonesia (BPI) memberikan peluang
kepada filmmakers dari 50 proyek film
terpilih untuk menghadiri dan mengikuti Akatara
Indonesian
Film Financing Forum 2018. Filmmakers
terpilih tersebut berkesempatan presentasi di hadapan investor untuk menarik
minat mereka berinvestasi pada proyek film mereka.
Kepala Bekraf, Triawan Munaf
mengakui Bekraf dituntut untuk memperhatikan perkembangan film dengan semakin
besarnya minat orang untuk terjun di dunia film. Triawan menuturkan, “Ada gap yang
besar antara orang yang punya modal dengan pembuat dan praktisi film yang
membutuhkan investasi. Kami sebagai biro jodoh tahun lalu mempertemukan mereka
pada program Akatara. Menurut kami cukup berhasil. Film yang dipresentasikan pada
acara tersebut dibandingkan dengan realisasi investasi cukup baik. Dari 40
proyek film 10 film mendapatkan investor.”
Triawan menambahkan bahwa
terjadi peningkatan penjualan tiket bioskop yang signifikan, yaitu 16juta tiket
terjual tahun 2015 dan 42,6juta tiket terjual di akhir tahun 2017. Bekraf
berharap dari 1100 jumlah layar bioskop di Indonesia akan meningkat mencapat
2000 layar di akhir tahun 2018.
Bekraf
dan BPI akan menggelar Akatara 2018 di Jakarta pada 18 s.d 20 September 2018.
Pendaftaran terbuka secara online
dari 20 Juni hingga 20 Juli 2018 melalui http://akatara.id.
Akatara yang digelar ke dua kalinya
ini mengundang lebih banyak lagi investor hadir. Bekraf dan BPI membekali filmmakers untuk mempresentasikan film
secara profesional di hadapan para investor pada Roadshow to Akatara 2018 di Malang,
Makassar, Jakarta, dan Bandung.
Penyelenggaraan
Akatara 2018 September nanti dibagi berdasarkan durasi film yaitu panjang dan
pendek serta genre yaitu fiksi,
dokumenter, dan animasi. Bekraf dan BPI berharap puluhan calon investor nasional
maupun mancanegara lebih mudah mendukung proyek film sesuai kriteria mereka.
Managing Partner Ideosource, Edward Ismawan Chamdani, menginformasikan
jika model investasi di perfilman menarik dan berbeda dengan investasi pada
pengusaha rintisan (startup). “Bekraf
sangat membantu dengan perkenalan ini (investor dengan filmmakers) karena Ideosource
awalnya berinvestasi pada startup.
Dengan Bekraf lewat Akatara kita mengenal suatu investasi yang menarik,” ungkap
Edward.
Pada
investasi perfilman, satu film jackpot bisa
menutup 10 investasi dan investor tetap mendapatkan return meskipun penjualan
tiket film kurang bagus. Selain itu, periode pengembalian investasi film juga jauh
lebih cepat.
Ketua Bidang Fasilitasi
Pembiayaan Film BPI, Agung Sentausa, menjelaskan bahwa dari 50 proposal terpilih Akatara 2018 dibuka
untuk proposal produksi film dan non produksi film. Proposal non produksi film
yang dimaksud yaitu ekosistem perfilman, misalnya content channel, kursus film, dan exhibition.
Agung mengungkapkan, “Kami
sangat excited bekerjasama dengan
Bekraf, khususnya Akatara 2018 ini kita mendorong peluang dengan melihat film
bukan hanya sebuah produk tapi juga film sebagai bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari sub sektor ekonomi kreatif lainnya. Maka kita coba ajak
kolaborasi dengan asosiasi games baik
pembuat maupun calon investornya. Kita coba kolaborasi dengan asosiasi komikus
Indonesia yang baru terbentuk dan asosiasi animasi juga. Mudah-mudahan ini
membuka mata para pembuat maupun investor karena pada akhirnya harus saling
bersinergi.”
Para filmmakers terpilih
dari 18 s.d 20 September akan presentasi dan melakukan speed dating dengan para calon investor yang tertarik mendanai
proyek film mereka. Akatara 2017 menghasilkan kesepakatan awal dalam bentuk
komitmen investasi pada 10 proyek film. Proyek film “Keluarga Cemara” yang
telah selesai diproduksi pada Januari 2018 adalah salah satu diantaranya.
Diharapkan Akatara 2018 menjaring lebih banyak investor untuk berinvestasi pada
proyek film Indonesia. (mm)