Bekraf, Solo - Salah satu program unggulan Badan Ekonomi
Kreatif (Bekraf) yakni IKKON (Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara)
menjadi primadona di Bekraf Festival 2019. Setelah proses live in designer selama
4 bulan lamanya, para peserta IKKON menunjukkan hasil karyanya berupa seni
pertunjukan tari dan musik. Pertunjukan hasil kolaborasi peserta IKKON
ditampilkan di mini stage Bekraf Festival 2019, Benteng Vastenburg, Solo, pada
Sabtu (5/10/2019) sore.
Ada lima daerah yang menjadi lokasi pelaksanaan IKKON 2019,
yaitu Aceh Utara, Tanjung Pinang, Tomohon, Lombok Timur, dan Kupang. Di Bekraf
Festival 2019, hasil karya koreografer dan etnomusikolog dari kelima daerah disaksikan
ratusan pengunjung yang duduk santai di sekitaran mini stage. Peserta IKKON
mendatangkan langsung para penari dan pemusik dari daerah tersebut.
Penampilan pertama datang dari Lombok Timur. Tarian ini
begitu unik karena gerakannya merupakan campuran antara tarian Bali dan Jawa Timur,
berjudul Cupak Grantang. Menampilkan dua penari wanita berkostum merah muda dan
merah menyala, tarian ini berkisah tentang dua bersaudara. Cupak merupakan
tokoh jahat, bersaudara dengan Grantang yang berjiwa baik, lembut, dan suka
membantu.
Setelah tarian dari Lombok Timur selesai, giliran peserta
IKKON Tanjung Pinang yang berprofesi sebagai koreografer menampilkan hasil
karyanya. Peserta IKKON tersebut bernama Eca. Ia menjelaskan secara singkat
mengenai Tanjung Pinang dan tarian ciptaannya. “Kegiatan berkesenian di Tanjung
Pinang sudah sangat aktif. Dalam setahun, ada sekitar 20 festival yang diadakan
di Tanjung Pinang. Di sana, saya terinspirasi untuk membuat dua tarian yang
dikolaborasikan jadi satu, namanya tarian Kalam,” ujar Eca.
Seorang pria separuh baya berambut gondrong kemudian datang
ke tengah mini stage. Dengan mukanya yang sangar dan terlihat marah, ia menari
dengan hentakan dan teriakan keras yang cukup mengagetkan penonton. Pria tersebut
menampilkan tarian dari Kupang berjudul Oefatu. Oefatu adalah padanan kata yang
berasal dari oe yang berarti air, dan fatu yang berarti batu. Tarian Oefatu
memadukan sifat air yang fleksibel dan batu yang kaku. Sesudah tarian Oefatu,
tarian terakhir yang ditampilkan peserta IKKON 2019 adalah tarian asal Tomohon
yang diberi nama “I Yayat U Santi, The Story of Minahasa’s Highland Warrior”.
Tidak hanya seni pertunjukan berupa tarian, pengunjung Bekraf Festival 2019 juga disuguhkan pertunjukan musik hasil karya etnomusikolog dari dua daerah IKKON 2019, yaitu Tanjung Pinang dan Aceh Utara. Para musisi dari Aceh Utara yang terkenal dengan musik dakwah mengajak penonton untuk bersalawat Bersama di sela-sela pertunjukan musiknya.
Bekfest merupakan ajang bagi Bekraf untuk menyampaikan hasil capaian kinerja kepada masyarakat dalam menguatkan ekosistem ekraf nasional. Selain itu, acara ini juga sebagai apresiasi kepada pelaku ekraf yang turut berkontribusi dalam kemajuan ekraf Indonesia. Sebanyak 40 program unggulan dari enam kedeputian Bekraf dikemas dalam talkshow, pameran dan pasar kreatif di Benteng Vastenburg, Solo pada Jumat-Minggu (4-6/10/2019).
Pengunjung juga bisa menyaksikan berbagai hiburan secara gratis di acara yang mengusung tema Kita, Kaya, Karya ini, seperti Didi Kempot, Sruti Respati, Maliq & D’Essentials, Nidji, OM PSP, Pecas Ndahe, Jason Ranti, Finalis Indonesia Rising (Devinta, Arta, dan Moneva) dan lainnya. Tiket masuk dapat diperoleh di loket.com dengan memilih menu Cari Event dan mengetik Bekraf Festival 2019. (JAN)